Rabu, 14 Maret 2012

Instrumen Tes dan Nontes

BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable. Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri. Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat performansi tipikal.
Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun jawaban dalam bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes uraian sering tidak adil. Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan baik tes uraian maupun nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tinjauan yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis tes uraian?
2.         Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?  

C.      TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1.         Menyusun cara pengembangan instrumen jenis tes uraian.
2.         Menyusun cara pengembangan instrumen jenis nontes



BAB II
PEMBAHASAN

A.           INSTRUMEN TES
Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara individu yang satu dengan individu lainnya. Tidak ada dua individu yang persisi sama, baik dari segi fisik maupun segi psikisnya.
Dengan adanya perbedaan individu itu, maka perlu diciptakan alat untuk mendiagnosis atau mengukur keadaan individu, dan alat pengukur itulah yang lazim disebut tes. Dengan alat pengukur itulah yang berupa tes tersebut, maka orang akan berhasil mengetahui adanya perbedaan antar individu. Karena adanya aspek psikis yang berbeda-beda yang dapat membedakan individu yang satu dengan individu yang lain, maka kemudian timbul pula bermacam-macam tes.
1.             PENGERTIAN TES
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti :”piring untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”,”ujian”,atau”percobaan”. Testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta tes).
Dari segi istilah, menurut  Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas/baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya, atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.

2.             PERSYARATAN TES
Tes diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan.
Ø   Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang
Ø   Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar
Ø   Tes mengategorikan siswa secara tetap
Ø   Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
Ø   Tes hanya mengukur aspekk tingkah laku yang sangat terbatas

3.             KLASIFIKASI TES
Tes dapat diklasifikasikan atas :
                Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
                Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)
                Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)
                Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan subjek (tes unjuk kerja atau tes kertas dan pensil )
                Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
                Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan guru atau tes baku)

4.             CIRI – CIRI TES
1.             Validitas
2.             Reliabilitas
3.             Objektifitas
4.             Praktis
5.             Ekonomis

6.             PENGGOLONGAN TES
                                      I.              Berdasarkan fungsi
v  Tes seleksi
Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes.
Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima sebagai siswa baru.
v  Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah.
Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :
a)         Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak diajarkan lagi,
b)        Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik tersebut.
v  Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.
v  Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat. Jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes diagnostik juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?”.
Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.
v  Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah :
a)         Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
b)        Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum dikuasai oleh peserta didik.
v  Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga lebih sulit  atau lebih berat  daripada butir-butir soal tes formatif.
Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
II.     Berdasarkan Aspek Psikis
v  Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
v  Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
v  Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek tertentu.
v  Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
v  Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.
III.    Penggolongan Lain – Lain
Ø  Dari Segi Yang Mengikuti Tes
v  Tes individual
Yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee saja.
v  Tes kelompok
Yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.
Ø  Dari segi waktu
v  Power tes yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
v  Speed tes yaitu tes dimana waktu  yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
Ø  Dari segi responnya
v  Verbal tes , yakni suatu tes yang menghendaki respon yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
v  Non verbal tes, yakni tes yang menghendaki respon dari testee bukan berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
Ø  Dari cara mengajukan tanya – jawab
v  Tes tertulis yakni jenis tes dimana tester  dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara tertulis.
v  Tes lisan yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.
7.             FUNGSI TES
1)        Fungsi Untuk Kelas
a.         Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa
b.        Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
c.         Menaikkan tingkat prestasi
d.        Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
e.         Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perorangan
f.         Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
g.        Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak

2)        Fungsi Untuk Bimbingan
a.         Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka
b.        Membantu siswa dalam menentukan pilihan
c.         Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
d.        Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami kesulitan anak

3)        Fungsi Untuk Adminitrasi
a.         Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa
b.        Penempatan siswa baru
c.         Membantu siswa memilih kelompok
d.        Menilai kurikulum
e.         Memperluas hubungan masyarakat
f.         Menyediakan informasi untuk badan-badan lain

8.             BENTUK – BENTUK TES
1)        Tes Subjektif
Pada umunya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
Kebaikan tes subjektif :
a.       Mudah disiapkan dan disusun
b.      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
c.       Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
d.      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya denga gaya bahasa dan cara sendiri
e.       Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan
Kelemahan tes subjektif :
a.       Kadar validitas dan realibilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari siswa yang betul-betul telah dikuasai
b.      Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
c.       Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
d.      Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
e.       Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
f.       Waktu untuk mengoreksinya lama dan dapat diwakilkan kepada orang lain.
2)        Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.
Kebaikan tes objektif :
a.       Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih representative mewakili isi yang luas
b.      Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya
c.       Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
d.      dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Kelemahan tes objektif:
a.       Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain
b.      Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenal kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
c.       Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
d.      “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
9.              MACAM-MACAM TES
a. Tes benar-salah (true-false)
b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
c. Menjodohkan (matching test)
d. Tes isian (completion test)

B.            INSTRUMEN NON TES
Pada bab terdahulu, sudah disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengukur kemampuan siswa adalah dengan tes dengan berbagai variasinya. Tapi perlu diketahui bahwa tes bukanlah satu-satunya cara untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa, teknik lain yang dapat dilakukan adalah teknik non tes. Dengan teknik ini evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa menguji peserta didik tersebut, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), penyebaran angket (questionnaire), memeriksa atau meneliti dokumen-documen (documentari analysis). Teknik non tes ini memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive domain).
1)             PENGAMATAN (OBSERVASI)
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat dilakukan secara partisipasif dan non partisipatif.pada observasi partisipatif, observer melibatkan diri ditengah-tengah observe. Sedangkan pada observasi nonpartisipatif, observer bertindak sebagai penonton saja. Observasi juga dapat bersifat eksperimental, yang dilakukan dalam situasi buatan atau yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Sedangkan observasi sistematis dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat matang.

Berikut ini adalah contoh lembaran observasi :

Mata pelajaran :
Topic               :
Kelas               :
Semester          :
No.
Nama Siswa
Skor/Nilai untuk tiap-tiap Kegiatan/Aspek:
Jumlah
Rata-Rata
1
2
3
4
5
6
7
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
 ........................
………………………............
…………………………….
…………………………………………........ Dan seterusnya

…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..

…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
…..
……………
………………...……………….......
………………................
………………...............
…………
………….….............
…………..
………......
…………..
…………..
..................
..................
..................

Dalam evaluasi hasil belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis, yaitu observasi dimana observer atau evaluator dalam dalam melakukan pengamatan dan pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka kegiatan observasi hanya dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.
Contoh: seorang guru mengadakan observasi pada beberapa musola, guna mengetahui dan kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan ibadah shalat taraweh dan witir.
Kelebihan dari observasi adalah:
a.             Data observasi didapatkan langsung dari lapangan, data yang demikian bersifat objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut kenyataannya.
b.             Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta didik.

Kelemahan dari observasi adalah:
a.             Jika guru kurang cakap dalam melakukan observasi, maka observasinya menjadi kurang dapat diyakini kebenarannya.
b.             Kepribadian dari observer atau evaluator seringkali mempengaruhi penilaian yang dilakukan dengan cara observasi.
c.             Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru mengungkap “kullit luar”nya saja.

2)             WAWANCARA ( INTERVIEW)
Secara umum wawancara adalah cara menghimpun keterangan yang dilaksanakan dengan cara tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.
Dua jenis wawancara yang yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi adalah:
a.             Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal dengan wawancara berstruktur atau wawancara sistematis. Pada wawancara sistematis evaluator melakukan Tanya jawab lisan dengan peserta didik, orang tua peserta didik untuk menghimpun keterangan yang diutuhkan untuk proses penilaian terhadap peserta didik tersebut. Wawancara ini dipersiapkan secara matang dengan berpegang pada panduan wawancara.
b.             Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan wawancara bebas, wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis. Dalm wawancara ini pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tua peserta didik tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Kelebihan dari wawancara adalah:
a.             Pewawancara dapat berkomunikasi langsung dengan peserta didik sehingga menghasilkan penilaian yang lengkap dan mendalam.
b.             Peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas.
c.             Data yang didapat dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
d.            Pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan kembali dan jawaban yang belum jelas dapat diminta lagi penjelasannya biar lebih terarah.
e.             Wawancara dapat dilengkapi dengan alat bantu agar data yang didapat bisa dicatat dengan lebih lengkap.

Kelemahan dari wawancara adalah: Jika wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas, maka kelemahannya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang beraneka ragam dan terkadang tidak terarah kepada focus evaluasi

3)             ANGKET (QUESTIONNAIRE)
Angket adalah suatu alat evaluasi yang digunakan  untuk mengungkap latar belakang peserta didik/ orang tua peserta didik, menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya.
Kelebihan angket dibandingkan wawancara dan observasi adalah:
a.             Pegumpulan data jauh lebih praktis
b.             Menghemat waktu dan tenaga.

Kekurangan angket diantaranya adalah:
a.             Jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.
b.             Pertanyaan yang disajikan sering kurang tajam, mengakibatkan jawaban yang diberikan diperkirakan hanya untuk melegakan pihak penilai.

Kuesioner dapat berupa pilihan ganda dan dapat pula berupa skala sikap (skala likert)
Contoh kuesioner skala pilihan ganda :

1.      Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusuk’ dalam menjalankan ibadah shalat, saya:
a.       Merasa tidak harus meniru mereka.
b.      Merasa belum pernah memikirkan shalat yang rajin dan khusyu’
c.       Merasa ingin jadi mereka, tepi terasa masih sulit.
d.      Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’ dalam shalat.
e.       Merasa iri dan ingin seperti mereka.

2.      Dalam melaksanakan ibadah shalat, saya merasa:
a.       Masih sulit untuk memusatkan diri.
b.      Dapat berkonsentrasi tapi mudah sekali memudar.
c.       Tidak begitu sulit untuk berkonsentrasi.
d.      Mudah untuk melakukan pemusatan pikiran.
e.       Senang karena dapat berdialog dengan Allah.

3.      Dalam kaitannyan dengan dzikir kepada Allah, Saya:
a.       Jarang sekali melakukannya kecuali ada bahaya.
b.      Jarang melakukannya.
c.       Melakukan disaat-saat tertentu saja.
d.      Melakukannya apabila ada urusan penting saja.
e.       Melakukannya setiap saat.

4.      …………..dan seterusnya…………………


Contoh kuesioner skala likert :

1.      Membayar infaq atau sadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya bagi orang yang telah membayarkan zalkatnya tidak perlu lagi untuk menbayar infaq atau sadaqah. Terhadap pernyataan tersebut saya:
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

2.      Membayar infaq atau sadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tidak ada gunanya, sebab orang lain itundi perlikan ssekali sebagai saksi untuk membuktikan bahwa pembayaran infaq dab sadaqah itu bukan trmasuk orang yang bakhil. Terhadap pernyataan itu, saya:
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

3.      Setiap hidup manusia di bumi ini selalu diwarnai denygan silih bergantinya rasa sedih dan rasa gembira, suasana sedih dan  gembira itu adalah salah satu ujian dari Allah bagi hambanya. Terhadap pernyataan itu, saya:
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Ragu-ragu
d.      Tidak setuju
e.       Sangat tidak setuju

4.      …..dan seterusnya……

4)             PEMERIKSAAN DOKUMEN (DOCUMENTARY ANALYSIS)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan, atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji juga dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen seperti infornasi mngenai riwayat hidup peserta didik atau pun orang tua peserta didik. Informasi - informasi tersebut dapat direkam melalui sebuah dokumen berbentuk formulir yang harus diisi oleh peserta didik saat pertama kali diterima sebagai siswa di sekolah yang bersangkutan.

6 komentar:

  1. sangat bagus sekali tp syang tidak ada referensinya (dari buku)

    BalasHapus
  2. Kami juga punya yang seperti ini lengkap dengan daftar bacaan. http://ayo-nambah-ilmu.blogspot.co.id/2016/06/instrumen-tes-pengertian-langkah-macam.html

    BalasHapus
  3. Artikelnya ttg instrumen evaluasi bagus..bolehkah mengadopsi utk dishare ke pendidik lain ya. Trima kasih

    BalasHapus
  4. Artikel anda ttg evaluasi bagus..rujukan bukunya ada ya. Trima kasih manto bekasi

    BalasHapus